Hari Masjid Istiqlal dan Arsitek Masjid Tersebut
Hari Masjid Istiqlal dan Arsitek Masjid Tersebut
Oleh Dasman Djamaluddin
(Penulis Buku Biografi, Sejarawan dan Wartawan)
DIkutip dari tulisan saya di Kompasiana dan sumber lain
Hari Masjid Istiqlal selalu diperingati setiap tanggal 22 Februari yang bertepatan dengan hari disahkannya Masjid Istiqlal.
Masjid Istiqlal merupakan salah satu masjid terbesar di Asia Tenggara. Dengan segala kemegahannya terdapat sejarah dan cerita menarik di balik pembangunan Masjid Istiqlal.
Seorang arsitek Indonesia yang terkenal, Frederich Silaban Ompu Ni Maya atau populer dengan nama F.Silaban, semua orang tentu mengenalnya, baik yang beragama Islam maupun Kristen.
Umat yang beragama Islam, sudah tentu bangga dengan Masjid Istiqlal yang megah dan terbesar di Asia Tenggara itu. Tetapi, apakah kita tahu, siapa F. Silaban, arsitek beragama Kristen.
Saya pernah ke rumah F.Silaban di sekitar Jalan Gedongan Sawah II, Bogor.
Di depan Gereja Sidang Jemaat Kristus ada Jalan Arsitek F.Silaban, sepotong jalan sepanjang 300 meter. Menyusurinya saya menemukan kediaman beliau.
Halaman rumahnya luas. Rumah besar yang sepi, karena ketika saya berkunjung F. Silaban telah tiada. Saya hanya berbincang lama dengan anaknya.
Tanggal 14 Mei 1984, F. Silaban telah tiada. Seorang arsitektur terkenal berusia 71 tahun, meninggal dunia. Ia dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Cipaku, Bogor Selatan, Bogor.
Banyak hasil karya F. Silaban di Indonesia, terutama Masjid Istiqlal, Jakarta. Bung Karno, Presiden Pertama Republik Indonesia, menurut seorang keponakan F. Silaban yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa pamannya sering adu argumentasi, maklumlah Bung Karno dan F. Silaban adalah sama-sama arsitek.
Kenapa kita tertuju ke Masjid Istiqlal ? Pertama, F. Silaban adalah seorang arsitek beragama Kristen Protestan, tetapi mampu menjadi arsitek bangunan monumental umat Islam, Madjid Istiqlal.
Kedua, arsitek kesayangan Bung Karno tersebut mampu mewujudkan apa yang diinginkan seorang Muslim, Bung Karno, juga keinginan umat Muslim di Indonesia.
Ketiga, sudah tentu bangunan Masjid Istiqlal melambangkan kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Lihat lokasi bangunan tersebut yang letaknya tidak jauh dari Gereja Katedral yang kita bisa lihat sekarang.
Gereja sekarang sesungguhnya bukanlah gedung gereja yang asli di tempat itu, karena Katedral yang asli diresmikan pada Februari 1810, namun pada 27 Juli 1826 gedung Gereja itu terbakar bersama 180 rumah penduduk di sekitarnya.
Lalu pada tanggal 31 Mei 1890 dalam cuaca yang cerah, Gereja itu pun sempat roboh. Pada malam natal, 24 Desember 2000, Gereja ini menjadi salah satu lokasi yang terkena serangan ledakan bom.
Ledakan bom hingga mencederai umat manusia, baik beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu dan lain-lain, tidak dibenarkan. Apalagi merusak atau menghancurkan tempat-tempat ibadah umat lain.
Jika ada yang menyaksikan di luar negeri seperti di Irak, Suriah dan Afghanistan, hal itu perbuatan tercela. Contohnya mengatasnamakan Islam seperti kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) atau Al Qaeda di Afghanistan dengan meruntuhkan bangunan agama Budha. Itu keliru sama sekali.
Kompas.com hari Kamis, 13 Juni 2018 pernah menggugah video tentang jemaah shalat Idul Fitri 1440 Hijriah di Lapangan Desa Gaden, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Rabu, 5 Juni 2019.
Diberitakan, umat Islam membubarkan diri setelah mendengar ceramah berisi tentang politik dari khatib viral di media sosial. Kemudiana Camat Trucuk, Bambang Haryoko, bersama unsur Polres, Kodim, Muspika, Polsek, Koramil, Jajaran Camat, MUI maupun FKUB telah memanggil khatib yang menyampaikan isi ceramah politik tersebut.
Artinya agama bisa dimanfaafkan untuk kepentingan politik, sementara Islam mengajarkan santunlah dalam beragama. Apalagi kalau kita kembali membaca tentang sejarah berdirinya Masjid Istiqlal dan siapa arsitek dari agama Kristen Protestan tersebut, F. Silaban
Di Masjid Istiqlal ini pula pernah diselenggarakan Festival Istiqlal yang merupakan festival kebudayaan Islam Indonesia dari masa tradisional hingga modern. Festival ini diselenggarakan pertama kali pada 1991 dan kemudian pada 1995—di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Pada festival ini, Al-Qur’an Mushaf Istiqlal mendapat tempat tersendiri. Pada festival pertama, Presiden Soeharto menulis kalimat basmalah yang menandakan dimulainya Festival Istiqlal I sekaligus penulisan mushaf ini.
Pada festival kedua, mushaf yang sudah selesai ditulis, kemudian dipamerkan sebagai bagian dari pembukaan Festival Istiqlal II.
Komentar
Posting Komentar