Reuni Bersama Wartawan Pelita dan Sripo

Reuni Bersama Wartawan Pelita dan Sripo

Pada hari Rabu, 16 November 2022, saya di WA sahabat sesama wartawan Erdi Taufik untuk datang ke rumahnya. "Sudah banyak teman memunggu, " katanya. Ya, sesampainya di sana, benar banyak teman-teman sesama wartawan ketika di Harian Pelita dan Grup Kompas menanti.
Silaturrahim, itulah tujuan kita bersama. Lebih mempererat persahabatan sesama wartawan ketika kita masih aktif di Harian Pelita dan Grup Kompas.
Saya memasuki dunia jurnalistik sebagai Redaktur Pelaksana Majalah Topik (Grup Merdeka B.M.Diah) dari tanggal 1 Juni 1985  s/d 1 April 1988.
Setelah itu bergabung dengan Kelompok Harian Kompas (Persda), Biro Jakarta, 15 Maret 1989 s/d 17 Juni 1990.

Selanjutnya bergabung dengan Harian Pelita Manajemen Baru, 30 Juni s/d 23 Desrmber 1990.

Bergabung dengan Harian Sriwijaya Post di Palembang, s/d 15 September 1991.

Kembali ke Jakarta sebagai Redaktur Luar Negeri Harian Merdeka, 1 Oktober 1992 s/d 1 Maret 1993.  Setelah menulis biografi B.M. Diah, melakukan kunjungan ke Uni Soviet dan Irak.
Di antara buku yang saya tulis :
Buku ini memperoleh penghargaan dari Sekretaris Pers Kepresidenan Irak :
Pada tanggal 24 Juni 1998, saya menerima surat dari Kedutaan Besar Irak di Jakarta.Surat itu datang dari Kantor Sekretaris Pers Presiden Republik Irak yang menyatakan penghargaan mengenai buku yang saya tulis: "Saddam Hussein:Menghalau Tantangan,"(Jakarta: PT.Penerbit Swadaya, 1998).

"Terimakasih atas simpatinya dan sikap mendukung jihad/perjuangan Irak beserta prinsipnya," jelas isi surat tersebut.Sudah tentu buku tersebut telah dibaca oleh Presiden Irak waktu itu, Saddam Hussein. Saya yakin telah diterjemahkan dulu ke dalam bahasa Arab.

Selanjutnya pada 13 Agustus 1998, saya diundang oleh Duta Besar Irak di Jakarta Dr.Sa'doon J al-Zubaydi untuk menerima penghargaan tersebut secara resmi.Duta Besar Irak ini adalah mantan Penterjemah Kepala Presiden Saddam Hussein.Terlihat saya bersama Duta Besar Irak di Jakarta, Dr.Sa'doon J al-Zubaydi di saat pertemuan.
Setelah upacara kehormatan ini dipublikasi harian "Kompas" edisi Sabtu, 15 Agustus 1998, maka pada 18 September 1998 dan 23 September 1998, dua buah surat ucapan selamat datang dari Direktur Jenderal Radio-Televisi-Film Drs.Ishadi SK, M.Sc dan dari Menteri Penerangan RI yang ditanda-tangani oleh Direktur Jenderal Pembinaan Pers dan Grafika H.Dailami.Kedua surat tersebut diberi tembusan kepada Menteri Luar Negeri RI dan Duta Besar Irak di Jakarta.
Belakangan ini nama Presiden Saddam Hussein kembali terdengar di dunia internasional setelah 10 tahun dihukum gantung.Seorang agen CIA bernama John Nixon menulis sebuah buku:"Debriefing the President:The Interrogation of Saddam Hussein."Penulis buku inilah yang pertama kali menginterogasi Saddam Hussein setelah berhasil ditangkap. Foto:PRH/DM

Di dalam wawancara itu ternyata Saddam Hussein tidak pernah terbukti menyimpan senjata pemusnah massal sebagaimana dituduhkan Amerika Serikat di bawah Presiden AS George W Bush.

Juga di dalam interogasi tersebut, dinyatakan, ia sangat mencintai kedua putrinya Rana (Foto di bawah/Reuters/DM) dan anak perempuan tertuanya Raghad (Foto paling akhir) yang sekarang bermukim di Jordania. Sewaktu ayahnya dihukum gantung, anak perempuannya ini mengaku tidak ingin melihatnya di televisi.Sebagai orang tua, Saddam Hussein juga mencintai kedua anak laki-lakinya, Uday dan Qusay yang telah tewas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PARA WARTAWAN YANG SAYA KENAL

Mendiskusikan Profil Mantan Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah