SUWIRJO PANTAS MENJADI PAHLAWAN NASIONAL 2023


Suwirjo Pantas Menjadi Pahlawan Nasional 2023

 Oleh Dasman Djamaluddin, S.H.,M.Hum

 ( Alumni S2 Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, Penulis Buku Biografi, Sejarawan dan Wartawan)

Sebuah Seminar Nasional Pengusulan Pahlawan Nasional Raden Suwirjo "Mengawal Jakarta, Menjaga Kedaulatan Republik Indonesia," berlangsung di Auditorium Gedung, 1.103 FIB UI, tanggal 20 Maret 2023.

Sebagai pembicara, Beni Sujanto (Plt. Dirjen Pemberdayaan Sosial Kemensos RI) dan Dr. Didik Pradjoko,M.Hum ( Staf Pengajar Ilmu Sejarah FIB UI). Sedangkan sebagai Pembahas, Prof. Dr. Agus Mulyana, M.Hum (Ketua Umum Masyarakat Sejarawan Indonesia Pusat) dan Dr.Dwi Mulyatari, M.A (Staf Pengajar Ilmu Sejarah FIB UI).

Pada umumnya, para peserta seminar sepakat, bahwa Raden Suwirjo, memenuhi syarat untuk menjadi Pahlawan Nasional 2023.

Nama Suwirjo mungkin masih terdengar asing bagi sebagian besar warga DKI Jakarta.

Suwirjo atau ditulis juga Suwiryo adalah gubernur pertama Jakarta setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Suwirjo diangkat sebagai wali kota Jakarta oleh Presiden Soekarno pada 29 September 1945.

Suwirjo bukan putra asli Betawi. Walaupun menjabat gubernur pertama Jakarta, Suwirjo bukanlah pria asli Betawi. Dia lahir di Pracimantoro, Wonogiri, pada 17 Februari 1903.

Sejarah Jakarta bercerita, peran Kemerdekaan RI tidak lepas dari sosok pimpinan pertama Kota Jakarta Raden Suwirjo. 

Dikutip dari Buku: " Sejarah Singkat Kota Jakarta," sosok Raden Suwirjo ialah Wali Kota Jakarta pertama atau Gubernur Jakarta pertama. 

Pada Sejarah Jakarta, kota yang awalnya diberi nama Batavia oleh Belanda, diubah namanya menjadi Djakarta untuk merebut hati masyarakat Indonesia.

Ketika itu, Djakarta masih dikuasi oleh Jepang dan dipimpin oleh Tokubetsyu Sityo seorang pembesar Jepang.

Pada masa mudanya, Suwirjo giat dalam perhimpunan pemuda Jong Java hingga menjabat sebagai ketua umum Partai Nasional Indonesia (PNI).

Setelah tamat sekolah, dia bekerja di perusahaan milik Belanda yakni "Centraal Kantoor voor de Statistiek."

Kariernya di perusahaan Belanda tak berlangsung lama.

Dia kemudian bekerja sebagai guru sekolah swasta nasional "Perguruan Rakyat" hingga memimpin majalah Kemudi.

Pada awal 1946, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden, Hatta hijrah ke Yogyakarta. Suwirjo yang tetap berada di Jakarta menginstruksikan kepada semua pegawai pamongpraja agar tetap tinggal di tempat menyelesaikan tugas seperti biasa. 

Pada 21 Juli 1947 saat Belanda melancarkan aksi militernya, Suwirjo diculik oleh pasukan NICA di kediamannya di kawasan Menteng pada pukul 24.00 WIB. Selama lima bulan dia disekap di daerah Jl Gajah Mada, dan kemudian (November 1947) diterbangkan ke Semarang untuk kemudian ke Yogyakarta.

Di kota perjuangan Yogyakarta, wali kota pertama Jakarta ini disambut besar-besaran oleh Panglima Besar Soedirman yang datang ke Stasiun Tugu. Di sana Suwirjo ditempatkan di Kementerian Dalam Negeri RI sebagai pimpinan Biro Urusan Daerah Pendudukan (1947-1949). 

Pada September 1949, Suwirjo kembali ke Jakarta sebagai wakil Pemerintah RI pada Republik Indonesia Serikat (RIS).

Pada 17 Februari 1950,  Presiden RIS, Soekarno mengangkatnya kembali sebagai Wali Kota Jakarta Raya. Pada 2 Mei 1951, Suwirjo diangkat jadi Wakil PM dalam Kabinet Sukiman-Suwirjo (April 1951 - April 1952). Jabatan wali kota diganti oleh Syamsurizal (Masyumi). Setelah berhenti menjadi Wakil PM, kemudian Suwirjo diperbantukan beberapa saat di Kementerian Dalam Negeri. Setelah itu Suwiryo menjabat sebagai Presiden Direktur Bank Umum Nasional merangkap Presiden Komisaris Bank Industri Negara (BIN) yang kemudian dikenal dengan Bapindo. 

Suwirjo meninggalkan dunia perbankan setelah terpilih menjadi Ketua Umum PNI. Lepas dari kegiatan partai, Suwirjo menjadi anggota MPRS dan kemudian menjadi anggota DPA.

Enam tahun terakhir masa hayatnya, Suwirjo berjuang melawan penyakit yang tidak dapat dilawannya, akhirnya ia meninggal pada 27 Agustus 1967 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata.

 _Alumni S2 Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, Penulis Buku Biografi, Sejarawan dan Wartawan_

Sebuah Seminar Nasional Pengusulan Pahlawan Nasional Raden Suwirjo "Mengawal Jakarta, Menjaga Kedaulatan Republik Indonesia," berlangsung di Auditorium Gedung, 1.103 FIB UI, tanggal 20 Maret 2023.

Sebagai pembicara, Beni Sujanto (Plt. Dirjen Pemberdayaan Sosial Kemensos RI) dan Dr. Didik Pradjoko,M.Hum ( Staf Pengajar Ilmu Sejarah FIB UI). Sedangkan sebagai Pembahas, Prof. Dr. Agus Mulyana, M.Hum (Ketua Umum Masyarakat Sejarawan Indonesia Pusat) dan Dr.Dwi Mulyatari, M.A (Staf Pengajar Ilmu Sejarah FIB UI).

Pada umumnya, para peserta seminar sepakat, bahwa Raden Suwirjo, memenuhi syarat untuk menjadi Pahlawan Nasional 2023.

Nama Suwirjo mungkin masih terdengar asing bagi sebagian besar warga DKI Jakarta.

Suwirjo atau ditulis juga Suwiryo adalah gubernur pertama Jakarta setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Suwirjo diangkat sebagai wali kota Jakarta oleh Presiden Soekarno pada 29 September 1945.

Suwirjo bukan putra asli Betawi. Walaupun menjabat gubernur pertama Jakarta, Suwirjo bukanlah pria asli Betawi. Dia lahir di Pracimantoro, Wonogiri, pada 17 Februari 1903.

Sejarah Jakarta bercerita, peran Kemerdekaan RI tidak lepas dari sosok pimpinan pertama Kota Jakarta Raden Suwirjo. 

Dikutip dari Buku: " Sejarah Singkat Kota Jakarta," sosok Raden Suwirjo ialah Wali Kota Jakarta pertama atau Gubernur Jakarta pertama. 

Pada Sejarah Jakarta, kota yang awalnya diberi nama Batavia oleh Belanda, diubah namanya menjadi Djakarta untuk merebut hati masyarakat Indonesia.

Ketika itu, Djakarta masih dikuasi oleh Jepang dan dipimpin oleh Tokubetsyu Sityo seorang pembesar Jepang.

Pada masa mudanya, Suwirjo giat dalam perhimpunan pemuda Jong Java hingga menjabat sebagai ketua umum Partai Nasional Indonesia (PNI).

Setelah tamat sekolah, dia bekerja di perusahaan milik Belanda yakni "Centraal Kantoor voor de Statistiek."

Kariernya di perusahaan Belanda tak berlangsung lama.

Dia kemudian bekerja sebagai guru sekolah swasta nasional "Perguruan Rakyat" hingga memimpin majalah Kemudi.

Pada awal 1946, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden, Hatta hijrah ke Yogyakarta. Suwirjo yang tetap berada di Jakarta menginstruksikan kepada semua pegawai pamongpraja agar tetap tinggal di tempat menyelesaikan tugas seperti biasa. 

Pada 21 Juli 1947 saat Belanda melancarkan aksi militernya, Suwirjo diculik oleh pasukan NICA di kediamannya di kawasan Menteng pada pukul 24.00 WIB. Selama lima bulan dia disekap di daerah Jl Gajah Mada, dan kemudian (November 1947) diterbangkan ke Semarang untuk kemudian ke Yogyakarta.

Di kota perjuangan Yogyakarta, wali kota pertama Jakarta ini disambut besar-besaran oleh Panglima Besar Soedirman yang datang ke Stasiun Tugu. Di sana Suwirjo ditempatkan di Kementerian Dalam Negeri RI sebagai pimpinan Biro Urusan Daerah Pendudukan (1947-1949). 

Pada September 1949, Suwirjo kembali ke Jakarta sebagai wakil Pemerintah RI pada Republik Indonesia Serikat (RIS).

Pada 17 Februari 1950,  Presiden RIS, Soekarno mengangkatnya kembali sebagai Wali Kota Jakarta Raya. Pada 2 Mei 1951, Suwirjo diangkat jadi Wakil PM dalam Kabinet Sukiman-Suwirjo (April 1951 - April 1952). Jabatan wali kota diganti oleh Syamsurizal (Masyumi). Setelah berhenti menjadi Wakil PM, kemudian Suwirjo diperbantukan beberapa saat di Kementerian Dalam Negeri. Setelah itu Suwiryo menjabat sebagai Presiden Direktur Bank Umum Nasional merangkap Presiden Komisaris Bank Industri Negara (BIN) yang kemudian dikenal dengan Bapindo. 

Suwirjo meninggalkan dunia perbankan setelah terpilih menjadi Ketua Umum PNI. Lepas dari kegiatan partai, Suwirjo menjadi anggota MPRS dan kemudian menjadi anggota DPA.

Enam tahun terakhir masa hayatnya, Suwirjo berjuang melawan penyakit yang tidak dapat dilawannya, akhirnya ia meninggal pada 27 Agustus 1967 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PARA WARTAWAN YANG SAYA KENAL

Thaha al-Hamid Bertemu Anies Baswedan